Old school Easter eggs.

Bahlul(si Sufi unik)

BAHLUL DAN SEORANG BUDAK

Pada suatu hari, salah seorang budak Harun ar Rasyid memakan keju, dan sepotong keju kecil menempel di jenggotnya.
Bahlul lalu bertanya padanya, "Apa yang kau makan?"
Budak itu dengan bercanda berkata, "Aku makan burung dara."
"Aku telah mengetahuinya sebelum kau katakan,"jawab Bahlul.
"Bagaimana kau tahu?" tanya budak itu.
"Aku melihat kotoran burung di jenggotmu," jawab Bahlul.


BAHLUL DUDUK DI SINGGASANA HARUN AR RASYID

Suatu hari, Bahlul datang ke istana Harun dan melihat bahwa singgasana dalam keadaan kosong. Tak ada seorangpun yang menghentikannya, sehingga ia tanpa ragu-ragu dan tanpa takut duduk di singgasana Harun itu, mereka dengan segera mencambuknya dan menariknya dari singgasana. Bahlul pun menangis. Harun datang dan melihatnya, ia mendekat dan bertanya mengapa Bahlul menangis. Seorang budak menceritakan kejadiannya. Harun pun memarahi mereka dan mencoba untuk menghibur Bahlul.
Bahlul berkata bahwa ia tidak menangisi keadaannya, tetapi ia menangisi keadaan Harun. Ia berkata, "Aku duduk dikursi kekhalifahan dengan tidak sah untuk beberapa saat, akibatnya aku menerima pukulan dan menanggung kemalangan seperti tadi. Tetapi engkau telah duduk di singgasana itu selama hidupmu! Alangkah banyak kesulitan yang mesti kau tanggung, namun masih saja engkau tidak takut akan akibatnya."


PERCAKAPAN BAHLUL DENGAN ABU HANIFAH

Suatu hari, Abu Hanifah (pendiri Madzhab Hanafi) mengajar di sebuah perguruan tinggi. Bahlul duduk di sebuah sudut ruangan, mendengarkan pelajaran Abu Hanifah. Di tengah-tengah pelajarannya, Abu Hanifah berkata, "Imam Ja'far Shadiq mengatakan tiga hal yang aku tidak menyetujuinya. Pertama, Imam berkata bahwa Iblis akan dihukum dalam api neraka. Karena Iblis terbuat dari api, maka bagaimana mungkin api akan menyakitinya? Suatu benda tidak dapat tersakiti oleh benda lain yang sejenis. Kedua, beliau berkata bahwa kita tidak dapat melihat Allah (dengan mata fisik). Namun, suatu keberadaan pastilah dapat dilihat. Oleh karena itu, Allah dapat dilihat dengan mata kita. Ketiga, beliau berkata bahwa siapapun yang berbuat maka dirinya sendiri yang akan bertanggung jawab, dan akan ditanya tentang hal itu. Tetapi hal ini tidak terbukti. Maksudnya, apapun yang dilakukan oleh manusia adalah kehendak Allah dan manusia tidak dapat mengusahakan apa yang ia lakukan".
Segera setelah Abu Hanifah berkata demikian, Bahlul mengambil gumpalan tanah dan melemparkannya ke arah Abu Hanifah. Lemparam itu mengenai dahi Abu Hanifah dan membuatnya sangat kesakitan. Kemudian Bahlul lari. Murid-murid Abu Hanifah segera mengejar Bahlul dan menangkapnya. Karena Bahlul berhubungan dekat dengan Khalifah, mereka membawanya dan menceritakan seluruh kejadiannya.
Bahlul berkata, "Panggil Abu Hanifah, agar aku dapat memberikan jawabanku padanya." Abu Hanifah pun dipanggil dan Bahlul lalu berkata padanya, "Apa kesalahan yang aku lakukan padamu?"
Abu Hanifah menjawab, "Kau melempar dahiku dengan gumpalan tanah, sehingga dahi dan kepalaku menjadi sakit sekali." Bahlul bertanya lagi, "Dapatkah kau perlihatkan rasa sakitmu?" Abu Hanifah menjawab, "Mana mungkin rasa sakit diperlihatkan?"
Bahlul lalu menjawab, "Pertama, kau sendiri berkata bahwa suatu keberadaan pasti dapat dilihat, sehingga kau mengkritik Imam Ja'far Shadiq dengan mengatakan bagaimana mungkin Allah itu ada tetapi tidak terlihat (mata fisik). Kedua, kau salah ketika mengatakan bahwa gumpalan tanah itu memyakiti kepalamu. Karena gumpalan itu terbuat dari lumpur (campuran tanah dan air) dan kau juga terbuat dari lumpur. Jadi bagaimana bisa suatu benda menyakiti benda lain yang sejenis? Ketiga, kau mengatakan bahwa seluruh perbuatan manusia adalah kehendak Allah. Jadi bagaimana bisa kau mengatakan bahwa aku bersalah, lalu menyerahkan aku pada khalifah, mengadukan aku, dan meminta hukuman untukku!"
Abu Hanifah mendengarkan jawaban Bahlul yang cerdas itu, dan dengan perasaan malu ia meninggalkan istana Harun.

BAHLUL DAN SEORANG PEJABAT

Suatu hari, seorang pejabat istana berkata pada Bahlul, "Khalifah telah mengangkatmu menjadi amir dan pemimpin para anjing,ayam dan babi!"
Bahlul menjawab, "maka mulai sekarang,jangan melanggar perintahku, karena kau telah menjadi bawahanku!"
Semua sahabat pejabat itu tertawa. Dan pejabat itu pun merasa malu dengan jawaban Bahlul tersebut.


HARUN BERTANYA PADA BAHLUL TENTANG KHAMAR

Suatu hari, Bahlul pergi menemui Harun yang sedang sibuk minum khamar. Harun ingin membuktikan bahwa khamar adalah halal, sehingga ia bertanya pada Bahlul, "Apakah haram memakan anggur?"
"Tidak," jawab Bahlul.
"Apakah haram, jika setelah makan anggur kemudian minum air?" tanya Harun.
"Tidak ada masalah," jawab Bahlul.
"Lalu, bagaimana jika setelah makan anggur dan minum air, seseorang duduk sebentar dibawah sinar matahari?" tanya Harun lagi.
"Itu pun tidak ada masalah," jawab Bahlul.
Kemudian Harun berkata, "Jika demikian, ketika adonan anggur dan air dijemur sebentar diterik matahari, bagaimana bisa menjadi haram?"
Bahlul menjawab dengan pertanyaan, "Jika sedikit tanah diletakkan di kepala seseorang, akankah berbahaya?"
"Tidak," jawab Harun.
"Kemudian jika air dituangkan ke tanah itu, akankah menyebabkan rasa sakit?" tanya Bahlul.
"Tidak," jawab Harun.
"Jika tanah dan air dicampur menjadi sebuah bata, lalu dilemparkan ke kepala seseorang, akankah menyebabkan rasa sakit?" tanya Bahlul.
Khalifah menjawab, "Benar, bata itu akan melukai orang itu,"
Bahlul lalu berkata, "Kesimpulannya, adonan tanah dan air (yang dijadikan bata) bisa melukai kepala manusia dan menyebabkan rasa sakit padanya. Demikian pula adonan anggur dan air (yang dijadikan khamar). Minum khamar menyebabkan banyak masalah, dan adalah wajib menghukum peminumnya!)
Khalifah menjadi tertekan atas jawaban Bahlul, dan memerintahkan agar persediaan khamarnya dibuang.

BAHLUL MENGKRITIK HARUN

Suatu hari Bahlul berada didekat Harun. Lalu Harun berkata,"Wahai Bahlul,kritik aku!"
Bahlul kemudian berkata,"Wahai Harun! Jika tak ada air di gurun, sementara engkau sangat haus dan mendekati kematian,apa yang akan kau berikan untuk seteguk air segar?"
Harun menjawab,"Dinar-dinar emas."
Bahlul bertanya lagi,"Bagaimana jika orang yang memiliki air itu tidak mau menukar airnya dengan dinar emasmu?apa yang akan kau berikan?"
Harun menjawab,"Aku akan berikan separo kerajaanku."
Bahlul bertanya lagi,"setelah meminum air itu,kau terserang penyakit yang membuatmu tidak dapat buang air kecil. Sekarang,apa yang akan kau berikan pada satu-satunya orang yang dapat menyembuhkan penyakitmu?"
Harun menjawab,"Aku akan berikan sisa kerajaanku."
Bahlul lalu berkata,"Maka janganlah kau anggap penting kerajaan ini,karena dia tidak lebih berharga daripada seteguk air. Apakah sepatutnya engkau berbuat baik pada makhluk-makhluk Allah?".

BAHLUL DAN MAKANAN KHALIFAH

Harun ar Rasyid mengirim sedikit makanan untuk Bahlul. Pelayannya lalu membawa makanan itu kepada Bahlul. Ia meletakkan makanan itu dihadapan Bahlul,lalu iapun berkata,"ini adalah makanan istimewa Khalifah,ia telah mengirgmkannya untuk kau makan."
Bahlul lalu memberikan makanan itu kepada anjing yang duduk di reruntuhan bangunan dekat tempat itu. Pelayan itupun berteriak,"Mengapa kau berikan makanan Khalifah pada anjing?!"
Bahlul berkata,"Diamlah! Jika anjing itu mendengar bahwa Khalifah yang mengirimkan makanan itu,maka ia tak akan mau memakannya juga!"

BAHLUL DAN HARUN

Suatu hari, Harun bertanya pada Bahlul, "Apa rahmat Allah yang terbesar?"
Bahlul segera menjawab, "Berkah terbesar dari Allah adalah akal. Khawajah Abdullah Anshari berkata dalam doanya, "Ya Allah! Mereka yang Engkau beri kecerdasan, (sesungguhnya) telah Engkau beri segalanya. Dan mereka yang tidak Engkau beri pemahaman, (sesungguhnya) tidak Engkau beri apa-apa. Dalam salah satu hadist sahih, ketika Allah memutuskan untuk mengambil kembali rahmatNya, maka terlebih dahulu Dia akan mengambil kecerdasan mereka. Akal adalah salah satu nafkah hidup. Adalah menyedihkan bahwa Allah mengambil rahmat ini dariku."

HARUN BERTANYA PADA BAHLUL TENTANG IMAM ALI

Suatu hari, Bahlul menemui Harun yang sedang dalam keadaan mabuk. Harun lalu berkata pada Bahlul, "Apakah Ali bin Abi Thalib yang lebih agtng dari Abdullah ibnu Abbas (putra paman Nabi saw), atau Abdullah ibnu Abbas yang lebih agung dari Ali?"
"Sepanjang kau tidak membumuhku, aku akan katakan yang sebenarnya," jawab Bahlul. "Kau akan selamat," kata Harun.
Bahlul pun berjata, "Imam Ali lebih agung dari seluruh kaum muslimin selain nabi Muhammad al Musthafa saw. Karena beliau seorang pemuda yang pemberani dan memiliki keimanan yang sesungguhnya. Seluruh perbuatan baik ada pada diri beliau. Beliau tidak menunjukkan sikap enggan dalam mematuhi islam dan perintah Allah. Beliau patuhi perintah Allah kata demi kata. Beliau sempurna dan memiliki keyakinan yang tak akan berubah, yang mana beliau tidak berpikir tentang kehidupan dunianya dan kehidupan dunia anak-anaknya. Dalam semua peperangan, beliau selalu berada di garis depan. Tak seorangpun yang pernah melihat beliau lari dari musug. Sehingga suatu kali beliau pernah ditanya mengenai pernahkah beliau berpikir tentang nyawanya selama pertempuran, 'Mungkin saja seseorang menyerang anda dari belakang, dan membunuh anda,' Lalu Ali menjawab, 'pertempuranku adalah demi kdpentingan agama Allah. Sehingga aku tidak berpikir unttk memperoleh keuntungan atau ketamakan dan keinginan pribadi. Hidupku ada ditangan Allah. Jika aku mati, maka itu adalah kehendak Allah dan aku akan mati di jalan Allah. Apa yang lebih agung dari itu? Dan aku akan menikmatinya yang mana aku akan terbunuh di jalan Allah dan berada di antara orang-orang yang beriman serta berada di jalan yang benar.'
Bahkan ketika Imam Ali menjadi pemimpin dan khalifah kaum muslimin, beliau tidak menyukai kemewahan. Beliau habiskan seluruh waktunya, bekerja untuk kaum muslim dan beribadah kepada Allah. Beliau tidak pernah mengambil satu dinar pun yang tidak semestinya dari baitul mal.
Pernah saudara laki-laki beliau, Aqil, yang telah berkeluarga meminta pada beliau untuk memberinya lebih dari yang biasa diterimanya dari baitul mal. Tetapi beliau menolak permintaan Aqil tersebut. Beliau berkata pada seluruh pejabatnya untuk tidak menindas rakyat. Selurth urusan diputuskan berdasarkan keadilan dan tanpa pandang bulu. Pejabat yang melakukan penindasan atau kekejaman sedikit saja dipecat dari jabatannya setelah dimintai pertanggungjawabannya dengam tegas oleh Imam Ali. Beliau bahkan tidak memaafkan teman dekatnya dari hukuman yang mesti mereka terima."
Harun ar Rasyid menjadi malu mendengar hal ini, ia ingin membalas Bahlul, sehingga ia bertanya, "Mengapa orang agung dan teqhormat seperti itu dibunuh?"
"Banyak orang berada dijalan yang benar telah terbunuh, dan ribuan Nabi serta hamba Allah yang saleh terus berjihad di jalan Allah," jawab Bahlul.
Harun pun berkata pada Bahlul, "Ceritakan dengan terperinci tentang kematian Ali."
Bahlul lalu menjelaskan, "Sebagaimana yang telah diriwayatkan Imam Ali Zainal Abidin, ketika Abdurrahman ibnu Muljam memutuskan untuk membunui Imam Ali, ia mengajak seseorang bersamanya. Manusia terkutuk itu tertidur dengan lelap begitu pula dengan ibnu Muljam. Ketika Amirul Mukminin Ali memasuki masjid, beliau membangunkan mereka untuk shalat. Ketika Imam Ali mendirikan shalat lalu sujud, seketika si terkutuk Ibnu Muljam menyerang kepala Beliau dengan pedangnya. Pukulan itu tepat di tempat dimana Amr bin Abdu Wudd pernah melukai beliau dalam sebuah perang tanding di pertempuran Khandaq. Karena pukulan tersebut, kepala beliau terluka hingga ke alis mata. Dan karena orang terkutuk itu telah merendam pedangnya dengan racun, Imam Ali mengucapkam selamat tinggal pada dunia selang tiga hari setelah kejadian tersebut.
Beliau mengumpulkan anak-anaknya, 'Demi para kekasih Allah, persahabatan para nabi dan para pewaris nabi adalah lebih baik dari dunia fana ini. Jika aku mati karena luka ini, maka berikah satu pukulan saja pada pembunuhku, karena ia hanya memukulku sekali dengan pedangnya. Jangan potong-potong tubuhnya.' Setelah berkata demikian, beliau tidak sadarkan diri selama beberapa saat. Dan ketika beliau terbangun, beliau berkata, 'Aku melihat Rasulullah yang memerintahku untuk pergi. Beliau berkata bahwa besok aku akan bersamanya.' Beliau berkata demikian dan syahid. Kemudian langitpun berubah warna dan bumi mulai berguncang. Suara tasbih dan pujian-pujian datang dari langit ke telinga manusia, dan setiap orang tahu bahwa itu adalah suara malaikat. Tentang kejadian ini, sebuah syair melukiskannya dengan indah ;

Malam ini kaum kafir terbangun dengan bendera penindasan dan kekejaman. Karena kejatuhan ini (dengan syahidnya Imam Ali) mereka hancurkan prinsip-prinsip islam. Sekali pukulan yang diberikan kepada Bapak orang-orang beriman (imam Ali), laksana meruntuhkan rumah keimanan. Seluruh penghuni syurga melepas mahkota kehormatan dan melemparkannya ke bumi karena berduka atas Ali. Umat manusia di dunia merasakan air menjadi pahit. Mungkin penjara penindasan dan tiran dapat bernafas dengan lega. Dengan membunuh menantu Thaha (Rasulullah), para penindas melemparkan anak panah kesedihan ke hati dan tubuh Yasin (Rasulullah). Dan kesedihan dan kesengsaraan itu, para penghuni syurga menjadi marah. Dikarnakan kesesatan, kaum kafir menyarangkan pedang kebencian di dahi imam Ali. Kaum penindas thdah hanya membelah kepala Imam Ali menjadi dua bagian, mereka juga memotong 'tangan Allah' (Imam Ali). Ketika pedang musuh bersarang di dahi Imam, bulan dan matahari juga menerima luka kedukaan. Pukulan itu melukai dahi raja orang-orang yang Beriman, Ali. Kejadian itu bagaikan mukjizat terbelahnya bulan (syaq al Qamar) Dahi Ali terbelah menjadi dua bagian sebagaimana jari-jari Rasulullah membelah bulan menjadi dua bagian.'

Suara tangisan Zainab dan Ummu Kultsum pun terdengar, bahkan Hasan dan Husain meletakkan serban mereka ke tanah karena kesedihan mereka."